Perkembangan Bayi Laki Laki 10 Bulan

Saya sudah banyak berurusan dengan laki-laki. Baik yang lajang, yang mengaku masih lajang, maupun yang jelas-jelas tak lajang. Semuanya sudah.

Dalam hidup, saya memusuhi usia saya sendiri. Saya tak pernah merasa kesulitan mengurangi angka pada timbangan saya, namun saya selalu jengkel karena sesering apa pun saya melakukan perawatan, wajah saya mulai menampakkan tanda-tanda menua. Saya takut. Saya tidak mau terlihat seperti pakaian kusut. Saya saja tidak menginginkannya, apalagi laki-laki.

Suatu ketika salah satu di antara mereka ingin tahu saya dan bicara seakan lebih tahu dari apa yang saya ketahui. “Sampai kapan kamu mau main-main? Bukankah lebih baik kamu berhenti dan segera bersungguh-sungguh menikah?”

“Lantas setelah menikah mau apa? Saya tidak mau repot-repot berada dalam keadaan yang tidak lebih baik.”

Ia belum juga menyerah. “Tidakkah kamu ingin punya suami dan anak kelak?”

“Saya tidak tahu. Apa menurutmu itu perlu?”

“Ya, mungkin saja. Siapa tahu kamu akan lebih bahagia bila begitu.”

“Bila menikah membuat bahagia, lalu kenapa kamu masih selingkuh dengan saya?”

Skak mat. Laki-laki itu diam.

Untuk semua urusan dengan laki-laki, saya tak lagi menggunakan perasaan. Hanya sekali saya ceroboh, sewaktu masih lugu, saya memenuhi hati saya dengan seorang laki-laki. Saya ingat bagaimana kata-kata manis yang selalu ia ucapkan. Namun saya salah. Terlalu salah. Laki-laki itu tidak memiliki niat baik terhadap saya. Diambil paksanya keperawanan saya.

Saya malu dan menangis sejadi-jadinya. Mengurung dalam kamar, saya mengadu pada langit-langit. Saya diam. Tidak, saya lebih diam dari yang biasanya.

Lambat laun bangkai itu tercium juga. Ibu saya yang pertama kali menciumnya. Ibu memberondong saya dengan banyak pertanyaan. Saya tak kuasa menjawab satu saja di antaranya.

Diam. Saya menunduk pasrah. Ibu geram, diseretnya saya untuk memakai test pack. Seperti yang bisa saya kira, ia mengamuk sejadi-jadinya. Saya positif hamil.

Baginya, ini kegagalan. Berkali-kali saya dengar ibu mengatai saya bodoh. Saya bilang saya dipaksa, tapi ibu tidak mau tahu. Saya tidak tahu mengapa ia tak merutuki laki-laki itu juga.

Untuk pertama kalinya saya merasa sakit yang teramat. Saya dikuret. Cengkeraman pada sisi-sisi ranjang tak cukup melampiaskan apa yang saya rasa. Sungguh, sejak saat itu saya mati dan terlahir lagi sebagai perempuan yang tak lagi sama.

Setelah peristiwa itu, saya pernah juga hampir menikah, tapi tak pernah terjadi. Saya bisa mengingat, mata laki-laki itu mendelik saat saya mengakui apa yang pernah terjadi dengan saya. Ia mengatai saya murahan, dan cercaan lainnya. Tapi sama seperti ibu saya, tak sepatah kata pun ia mengumpat laki-laki itu.

Saya tahu ia suka main perempuan. Sekalipun saya menikah dengan laki-laki itu, bila saya masa bodoh dan tetap sabar, nasib yang paling mujur pun hanya jadi istri tuanya. Teronggok di rumah paling sederhana dengan perabot tua yang bahkan jumlahnya kalah dari perempuan yang pernah ditidurinya.

***

“Kalau istriku ampun deh, Ras. Badannya melar, lemaknya di mana-mana. Sudah kusuruh ikut senam, salsa, zumba apa aja deh, tapi nggak ada hasilnya juga. Beda sama kamu Laras. Kamu pintar ngerawat badan, bikin aku betah berlama-lama dengan kamu.”

Sambil mematut diri di depan cermin, saya tersenyum tipis. Pujian macam ini seringkali saya dengar. Keluhannya juga sama saja. Mereka saja yang tidak pakai logika. Jelas badan istri mereka berubah, istri kalian kan melahirkan anak!

“Duh, payah pokoknya istriku, masak saja nggak becus.”

“Kuno, coba posisi baru saja dibilang aneh! Maunya yang lurus-lurus saja. Mana menarik hubungan kami, Ras.”

Saya hanya diam dan mengangguk-angguk untuk membuat mereka merasa menang. Saya tahu pemikiran mereka salah. Tapi saya tidak meluruskan, karena saya bukanlah penasihat pernikahan. Saya hanya dibayar untuk membuat mereka merasa senang. Kesenangan yang tak seujung kuku pun bertahan.

***

Bertahun-tahun hidup tenang sebagai simpanan suami orang, tapi nyatanya bukan tanpa risiko. Bukan soal labrakan dari istri-istri yang suaminya pernah saya tiduri, masalahnya adalah... saya hamil.

Dan inilah yang membuat hidup saya berubah jadi tak tenang. Saya selalu merasa takut dan cemas. Setiap langkah, seolah ada yang terus mengawasi. Jika biasanya saya berjalan dengan percaya diri, angkuh dalam balutan bodycon dress mahal, sekarang jalan ke minimarket dengan celana kulot pun saya merasa malu. Rasanya tatapan orang-orang itu menelanjangi saya, seakan mereka melihat segala dosa yang saya lakukan. Ini benar-benar membuat saya frustrasi.

***

Saya mengelus perut saya sendiri, dan mulai berpikir kalau seandainya ada yang menginginkan kamu. Seorang laki-laki sebagai ayahmu. Yang gagah dan jantan yang dengan bangga menyebut kamu darah dagingnya. Ah, ‘seandainya’ sungguh kata yang mujarab untuk mendatangkan perasaan sepi sesudahnya.

Mungkin saya sudah agak mabuk. Entah mengapa perasaan menginginkan itu tiba-tiba makin menyergap. Saya memejamkan mata. Membayangkan sesosok laki-laki yang baik. Yang garis wajahnya keras, namun hatinya penuh kelembutan. Bayangan godaan harum tubuhnya menari-nari dalam kepala saya.

Ia mengajak saya dansa dalam dekapannya. Membelai lembut rambut saya. Berbicara sambil menatap ke dalam mata saya. Saya perempuannya. Dalam hati, dan dalam hidupnya hanya saya.

Saya terus berpura-pura. Membayangkan tangannya merengkuh saya. Sekali saja saya ingin ia mengelus pipi saya dengan penuh perasaan. Sekali saja.

Tak ada lagu pengiring, hanya angin sebagai pendamping kami. Air mata saya mulai jatuh menyirami semua omong kosong ini. Namun sungguh saya tidak ingin berhenti. Seakan guratan penderitaan ini sudah lama ingin saya keluarkan.

Laki-laki itu mengelus perut saya, sambil tersenyum. Kemudian saya memeluknya dan larut dalam luapan kegembiraan.

***

Keesokan paginya, sebuah headline beserta fotonya yang hampir setengah halaman di koran pagi ini mengejutkan beberapa laki-laki. Semua mengenali siapa sosok itu, perempuan hamil jatuh dari apartemennya.

Ada yang mengenalinya lewat baju tidur yang dikenakannya, ada yang tidak bisa lupa akan rambutnya yang tergerai sebahu, dan ada yang tidak menyangka bahwa perempuan itu hamil, yang mungkin adalah anaknya.

Dalam hati mereka masing-masing ada kelegaan tersendiri karena tidak menjalin hubungan gelap dengannya lagi. Mereka tak akan tersangkut masalah ini yang dapat membahayakan mereka. Sudah pasti polisi kira itu hanya murni kecelakaan atau memang bunuh diri.

Di antara sesap kopi hitam, terselip perasaan kasihan, perempuan itu tetap seorang diri, mungkinkah ada yang akan menangisi kepergiannya. Sekali lagi mereka menghela napas, mengenang Laras.

https://magdalene. co/story/laki-laki-tahu-apa-tentang-perempuan

Perempuan diidentikkan sebagai makhluk yang mengedepankan emosi dalam menghadapi masalah. Selain itu, biasanya perempuan akan lebih mudah mengekspresikan emosi yang sedang dirasakannya. Tak jarang, sebagai perempuan, kita dianggap sebagai individu yang baper-an (bawa perasaan). Namun, sesungguhnya ada hal lain yang bisa kita pahami dari emosi yang dialami oleh perempuan.

Keunikan Membangun Hubungan Melalui Emosi
Perempuan mempunyai keunikan untuk membangun hubungan dengan orang di sekitarnya melalui emosi. Tidak semua perempuan mudah mengungkapkan perasaannya secara lisan. Ada beberapa perempuan yang lebih mampu mengungkapkan apa yang sedang dirasakan melalui perbuatan langsung. Misalnya, ketika seorang perempuan merasa bahagia karena bertemu seseorang, ia akan lebih mudah untuk mengungkapkan kebahagiaannya dengan senyuman yang lebar, dengan pelukan atau rona wajah yang berseri. Begitu juga saat perempuan sedang merasa sedih, menangis bisa menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kesedihannya.

Keunikan lain yang dimiliki oleh perempuan yaitu memiliki kepekaan untuk memahami keadaan perasaan orang lain. Ia mampu memahami dan mengerti keadaan temannya yang sedang sedih, patah hati, atau bahagia. Menurut penelitian, perempuan memang lebih mudah untuk mengenali dan berempati pada keadaan emosi orang lain. Salah satu alasannya, perempuan lebih sensitif terhadap emosi orang lain karena adanya kebutuhan untuk dekat secara fisik maupun psikologis dibandingkan dengan laki-laki. Jika ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan sosialnya, perempuan akan lebih cepat peka dan merasakan ketidaknyamanan akan hal tersebut.

Melibatkan Emosi dalam Menghadapi Masalah
Laki-laki juga bisa menjadi lebih emosional dibanding perempuan. Namun, mungkin saja laki-laki memiliki cara mengekspresikan emosi yang berbeda. Perbedaan pada laki-laki dan perempuan ada pada ekspresi emosi negatif. Studi pada perempuan dari berbagai budaya dan negara menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih sering merasakan emosi negatif, seperti rasa bersalah, rasa takut dan rasa malu. Hasil studi ini juga didapatkan pada anak-anak perempuan.

Laki-laki cenderung lebih menggunakan otak kiri sedangkan perempuan secara umum bergantian dalam menggunakan kedua belahan otak kanan dan otak kiri. Hal ini yang mendasari laki-laki lebih kuat dalam logika dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta sedangkan perempuan cenderung lebih melihat sesuatu secara garis besar (big-picture), memiliki emosi yang lebih kuat dan bergantung pada intuisi mereka saat mengambil keputusan.

Selain itu, perempuan memiliki kecenderungan untuk mengatasi tekanan atau masalah dengan strategi koping yang berdasar emosi, misalnya melakukan ruminasi kognitif atau mencari dukungan emosional. Di satu sisi, perempuan akan lebih merasakan emosi negatif ketika ditolak atau diabaikan pasangan. Sedangkan, laki-laki lebih merasakan emosi negatif ketika pasangannya meminta kedekatan atau intimasi yang berlebih.

“Berperasaan” Bukan Berarti Selalu Lemah
Terkadang, kita menjadi merasa rendah diri karena pandangan yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah daripada lelaki. Perempuan memang terlihat mudah mengalami mood swing, mudah merasa sedih, dan mudah menangis. Hal itu disebabkan adanya kecenderungan untuk mengekspresikan perasaan. Namun, bukan berarti setiap perempuan identik dengan istilah “rapuh”, “emosional”, atau “baperan”. Justru dengan hal tersebut, mari pahami diri kita lebih baik lagi. Jadikan hal tersebut sebagai keunikan yang kita miliki dan tetaplah menjadi pribadi yang berharga dan berbahagia.

https://pijarpsikologi. org/tentang-perempuan-emosinya/

Mengetahui hal yang menarik dari pujaan hati menjadi salah satu trik jitu untuk memenangkan hatinya. Bagi yang telah menjalin cinta, cara ini dapat kian membangun kehangatan hubungan asmara dengan pasangan.

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Perasaan ini dapat mendorong seseorang untuk mempersembahkan yang terbaik hingga bersedia berkorban agar pujaan hati dapat tersenyum bahagia.

Namun tahukah Anda, ternyata ada beberapa hal dari sisi perempuan yang bisa membuat pria jatuh cinta. Apa saja hal itu? Simak rangkuman selengkapnya seperti dilansir dari yourtango, Rabu, 16 Oktober 2019 berikut ini.

BACA JUGA
5 Ketakutan yang Tak Diungkapkan Bisa Bikin Hubungan Asmara Retak
Gaya Busana Putri Diana Hidup Kembali di Tampilan Kate Middleton
Cerita Perempuan Rela Ubah Gaya Rambut agar Mirip Sulli
1. Semangat

Perempuan yang penuh semangat akan sesuatu membuatnya terlihat karismatik dan sangat menarik bagi pria, biasanya tidak masalah apa saja passion perempuan itu. Pria akan jatuh cinta dan melihat itu sebagai hal yang memikat.

Daripada berusaha keras untuk menunjukkan passion itu, ada baiknya perlihatkan diri yang sesungguhnya. Perempuan lebih baik luangkan perhatian pada apa yang Anda sukai.

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

2 dari 3 halaman
2. Jadi Diri Sendiri
Ilustrasi Pacaran
Ilustrasi pacaran (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)
Kebanyakan perempuan sangat ingin ada dalam sebuah hubungan, mereka ingin mencinta dan dicintai. Untuk mencapai itu, mereka mungkin rela mengorbankan pendapat hingga impian jika tidak selaras dengan pandangan orang yang mereka perhatikan.

Tetapi yang biasanya dianggap menarik oleh pria adalah perempuan yang berkomitmen penuh pada apa yang dia yakini dan tidak berusaha untuk menyenangkan orang lain. Ada baiknya terbuka untuk negosiasi dan perubahan rencana dari waktu ke waktu. Tetapi, jika ingin dia tetap di sisi Anda, tunjukkan padanya bahwa Anda membuat pilihan untuk diri sendiri.

3. Sisi Feminin

Budaya mendorong perempuan untuk sukses, mandiri, dan berkarier. Namun esensi seorang perempuan adalah berjalan sesuai alur, terhubung dengan perasaan dan hati pujaan hati, bukan hanya 'hidup' dengan dunia sendiri.

Perempuan biasanya lebih lembut dari pria, lebih emosional dan mengalami perubahan siklus yang selaras dengan hormon mereka. Perempuan intuitif dan tidak selalu masuk akal.

Menyangkal aspek perempuan berartu menyangkal sifat aslinya. Lepaskan kebutuhan untuk mematuhi masyarakat dan tunjukkan padanya esensi feminin Anda.

Pria tidak selalu memahami kompleksitas dan sensitivitas perempuan. Meski begitu, pria selalu terpesona akan karisma perempuan.

https://www.liputan6. com/lifestyle/read/4087844/3-hal-mengejutkan-tentang-perempuan-yang-buat-pria-jatuh-cinta

Sepanjang hidup, saya bertemu banyak sekali perempuan yang menginsipirasi. Bukan orang terkenal yang wajahnya sering hilir-mudik di televisi, bukan. Mereka adalah perempuan yang hidupnya bersinggungan dengan saya, baik lama atau sekejap saja.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini saya mulai dengan perempuan pertama yang saya kenal di dunia. "Mamak", demikian saya memanggilnya. Manusia yang sebentar lagi berumur 70 tahun ini adalah guru pertama saya. Dari dia, saya mengenal soal kerja keras, soal kerja keras, dan soal kerja keras.
Seingat saya, mamak tidak banyak menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Pergi berjualan dari pagi-pagi buta, dan pulang saat matahari hampir tenggelam. Begitu setiap hari. Mamak tidak tahu kapan saya haid pertama kali atau kapan saya patah hati. Buat dia, yang terpenting hanya uang sekolah bisa terbayar setiap bulan dan ada uang belanja untuk mengisi perut enam anaknya.
Mamak tidak sempurna, tapi dia sudah berusaha sekeras-kerasnya. Dan, jika bicara soal kekuatan perempuan, yang ada di pikiran saya, ya, cuma beliau. Dia kuat, dengan caranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Perempuan berikutnya yang jadi inspirasi saya adalah Aries (bukan nama sebenarnya). Usianya hampir 50 tahun, lajang, dan punya karier baik. Aries belum menikah. Bukan karena tidak percaya lembaga pernikahan, tapi karena belum bertemu jodoh. Pernah putus cinta satu kali, dan setelah itu tidak ada lagi laki-laki yang mengajak berhubungan lebih serius.
Saat ini, Aries memilih menghabiskan waktu bersama orang tua yang sudah sepuh. Hidupnya baik-baik saja, cukup segala apa. Tapi tak ada pohon yang tak goyang, tak bisa bikin semua orang senang. Ada saja yang mencibir, bilang Aries jadi "perawan tua" karena dulunya suka "pilih-pilih".
Oh, hei! Masa iya cari calon pasangan asal comot di pinggir jalan? Ya, harus pilih-pilih dong. Semua orang melakukan hal yang sama. Ada yang pilih karena rupa, karena harta, karena pekerjaan, karena latar belakang, atau karena alasan lain-lain. Perkara Aries menikah atau tidak, seharusnya tidak perlu bikin orang lain repot. Seharusnya.
ADVERTISEMENT
Saya emosi. Aries tidak. Kekuatan perempuan, menurut dia hadir lewat kemampuan menentukan apa-apa yang penting dipikirkan, dan apa-apa yang sebaiknya diabaikan. Untuk hal yang satu ini, saya memang masih harus belajar banyak.
Perempuan berikutnya yang jadi inspirasi saya adalah Nawa. Dia bisa dibilang berkebalikan dari Aries. Tamat sekolah tingkat atas, lulus kuliah, diterima sebagai karyawan di salah satu perusahaan terkenal, bertemu calon suami, menikah, punya anak, lalu berhenti bekerja.
Umur Nawa saat ini 30 tahun. Masih muda, anaknya 3. Melahirkan anak-anak dalam rentang usia yang cukup dekat, menurut dia sudah direncanakan sejak dulu. "Biar capek sekalian," katanya.
Soal sekaligus capek itu, memang kenyataan. Tinggal di pinggiran Jakarta, suaminya harus berangkat kerja dari pagi-pagi sekali, meninggalkan Nawa dan tiga anak yang masih kecil-kecil dalam kerepotan yang maha dahsyat setiap hari. Oh, tentu saja Nawa bahagia. Hidupnya cukup nyaman. Anaknya sehat, dan kebutuhan utama tercukupi.
ADVERTISEMENT
Nawa tidak pernah terpikir untuk kembali bekerja. Menurut dia, kekuatan perempuan adalah kasih sayang. Maka dia menggunakan kekuatan itu seluas-luasnya untuk mengasuh tiga buah cinta yang dititipkan Tuhan.
--
Perempuan itu makhluk yang kompleks. Pada pundaknya dibebankan harapan yang berat. Harus terlihat cantik, harus bisa punya anak, harus pandai mengasuh anak, harus pandai mengurus suami, harus pandai mengurus rumah, juga harus mampu membantu perekonomian keluarga.
Mungkin ada yang bisa jadi semuanya. Perempuan super yang sukses mengurus karir, mengurus rumah, hobi bikin kue, punya usaha sampingan, punya banyak teman, punya waktu untuk diri sendiri, dan dapat menjaga perkawinan tetap harmonis.
Tapi, jika tidak bisa jadi semuanya, tidak apa. Memutuskan memilih satu peran dan menjalankannya sebaik-baiknya adalah senyata-nyatanya kekuatan perempuan.
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang namanya sempurna. Kita, para perempuan, bisa menjadi Mamak, Aries, Nawa, Lastri, Deswita, Laura, Maria, Malika, Rani, atau Arini. Tidak ada yang lebih baik daripada lainnya. Dan tidak ada yang berhak klaim cara hidup satu perempuan lebih buruk ketimbang perempuan yang lainnya.
Perempuan hidup, memilih, berjuang, dan berusaha sekuatnya. Keliru sesekali, patah sesekali, dan kecewa sesekali. Manusiawi. Seperti kata Nyai Ontosoroh dalam buku Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer, "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
Untuk perempuan Indonesia, April 2019
Reh Atemalem
Menulis cerita perjalanan di: atemalem .com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel